Kamis, 19 November 2009

Jalan Penganten Ali Lambang kesetian

Jalan Penganten Ali bagi sebagian orang Jakarta mungkin agak aneh, bahkan bagi penulis nama jalan ini cukup “nyeleneh”, namun bagi warga Ciracas Jakarta Timur nama ini tidak asing lagi karena memang pada kenyataannya ada nama jalan tersebut ada di sudut Kota Jakarta.

Pertama kali penulis mengetahui nama jalan tersebut ketika sedang berkunjung ketempat kerabat yang bertempat tinggal di Ciracas, karena belum mengetahui tempat tinggalnya saya harus menunggu di depan sebuah toko waralaba yang kebetulan berada tepat di sebalah Jalan Penganten Ali.

Karena tertarik dengan nama tersebut maka saya mencoba bertanya kepada seorang lelaki paruh baya yang bertugas sebagai juru parkir di depan toko waralaba. Ternyata sebuah kebetulan beliau adalah saksi sejarah terciptanya nama Jalan Penganten Ali.

Dari perkenalan singkat kami beliau mulai bercerita, dimulai dengan menceritakan keadaan Ciracas saat itu keadaannya masih banyak pepohonan rindang dan ada sebuah sungai yang beraliran cukup deras memisahkan 2 kampung. Ketika beliau berumur 6 tahun, beliau menyaksikan acara pernikahan yang mempelainya berasal dari 2 kampung yang berbeda. Adat kampung tersebut ketika ada acara pernikahan kedua mempelai harus di arak keliling kampung baik kampung dari si mempelai pria ataupun kampung mempelai wanita. Pada saat diarak ke kampung mempelai pria arak-arakan harus menyebrang sungai yang membelah kampung mereka.

“Keadaan waktu itu hujan membasahi jembatan yang hanya terbuat dari dua batang bambu tanpa ada pengaman atau pegangan” kata Bapak tukang parkir melanjutkan. Sesampainya di tengah jembatan sang mempelai wanita kakinya tergelincir hingga terjatuh kedalam sungai, tanpa pikir panjang dan masih mengenakan pakaian penganten dia terjun untuk menolong istrinya yang baru dinikahinya.

“Semua warga dari dua kampung mencarinya termasuk saya….” Ungkapnya. Namun sayang setelah hampir enam hari warga kampung mencarinya kedua penganten tersebut tidak diketemukan, dan pada hari ke enam setelah hujan berhenti dan air sungai mulai surut muncullah sepasang batu besar yang terlihat sedang bersujud seperti manusia. Karena keadaannya seperti manusia banyak warga menyimpulkan bahwa batu tersebut adalah wujud dari jasad kedua penganten yang tewas tenggelam di sungai.

“Untuk mengenang kesetiaan kedua penganten itu maka jalan yang menghubungkan kedua kampung ini dinamakan Jalan Penganten Ali dan kenapa Ali? Itu karena penganten pria bernama Ali” ucap sang Tukang Parkir mengakhiri obrolan singkat kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar